Silogisme
Silogisme adalah sebuah argumen yang terdiri dari dua premis dan sebuah kesimpulan yang dihasilkan dari hubungan logis antara kedua premis tersebut.
Konsep silogisme pertama kali dikembangkan oleh Aristoteles, filsuf Yunani kuno yang mengembangkan sistem logika silogistik sebagai alat untuk berpikir secara logis dan rasional.
Melalui pengenalan konsep silogisme, akan dipelajari definisi, sejarah, dan jenis-jenis silogisme, serta bagaimana silogisme dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk memperbaiki kemampuan berpikir kritis dan logis.
Konsep silogisme pertama kali dikembangkan oleh Aristoteles, filsuf Yunani kuno yang mengembangkan sistem logika silogistik sebagai alat untuk berpikir secara logis dan rasional.
Melalui pengenalan konsep silogisme, akan dipelajari definisi, sejarah, dan jenis-jenis silogisme, serta bagaimana silogisme dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk memperbaiki kemampuan berpikir kritis dan logis.
Aristoteles, seorang filsuf Yunani kuno, memandang silogisme sebagai bentuk argumen yang digunakan untuk memperjelas hubungan logis antara dua premis dan menghasilkan sebuah kesimpulan yang valid. Ia menjelaskan bahwa silogisme terdiri dari tiga komponen yaitu major premise, minor premise, dan kesimpulan.
John Stuart Mill, seorang filosof kontemporer, menggambarkan silogisme sebagai sebuah bentuk argumen yang memiliki tiga proposisi, di mana satu proposisi menghubungkan dua proposisi lainnya. Menurut Mill, silogisme merupakan salah satu bentuk penalaran yang mendasar dalam berpikir dan mengambil keputusan.
Irving M. Copi, seorang ahli logika modern, menjelaskan bahwa silogisme adalah sebuah argumen yang terdiri dari dua premis dan sebuah kesimpulan, di mana kesimpulan tersebut mengikuti secara logis dari premis-premis yang diberikan. Menurut Copi, silogisme merupakan salah satu alat yang paling penting dalam memperkuat penalaran yang rasional.
Sumarsono, dalam bukunya "Logika Untuk Hukum" (2017), menjelaskan bahwa silogisme adalah sebuah bentuk penalaran yang terdiri dari dua premis dan satu kesimpulan yang dihasilkan dari hubungan logis antara premis-premis tersebut.
Saldi Isra, dalam bukunya "Logika dan Teori Argumen" (2018), mendefinisikan silogisme
sebagai sebuah bentuk penalaran yang terdiri dari dua premis yang mengandung unsur
mayor dan minor, serta kesimpulan yang dihasilkan dari hubungan logis antara kedua
premis tersebut.
Abdul Aziz Majid, dalam bukunya "Logika Filsafat dan Ilmu Pengetahuan" (2015), memandang silogisme sebagai sebuah bentuk argumen yang terdiri dari dua premis dan satu kesimpulan yang dihasilkan dari hubungan logis antara premis-premis tersebut, di mana kedua premis tersebut mengandung unsur mayor dan minor.
Jenis-jenis Silogisme
Silogisme Kategorikal, yang didasarkan pada kategori atau jenis sifat dari objek yang dijadikan subjek premis.
Silogisme Hipotesis, yang didasarkan pada hipotesis atau asumsi.
Silogisme Enthimematis, yang premisnya tidak lengkap atau tidak diucapkan secara eksplisit.
Silogisme Disjungtif: Suatu silogisme yang memiliki dua pilihan atau lebih pada premis mayor atau minor, dan menyatakan bahwa hanya ada dua kemungkinan saja.
Silogisme Kontinu: Suatu silogisme yang memiliki dua proposisi dengan satu kata atau frasa yang sama, yang dihilangkan pada kesimpulan.
Silogisme Prospek: Suatu silogisme yang mengandung proposisi yang bersifat probabilistik atau berdasarkan kemungkinan. Contoh: "Banyak orang yang merokok menderita kanker paru-paru. Jadi, ada kemungkinan besar bahwa seseorang yang merokok akan menderita kanker paru-paru."